Samarinda – Pada tahun 200 perkumpulan Tuberkulosis (TBC) berhasil dibentuk oleh Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilaj Rakyat Daerah (DPRD) Kalimantan Timur (Kaltim) Puji Setyowati.
Artinya, selama kurang lebih 23 tahun lamanya, Puji secara aktif memiliki peran yang besar dalam penanganan TBC di Kaltim.
Ia mendirikan perkumpulan TBC yang mengikuti model dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di mana ia menjabat sebagai ketua.
“Ketika itu saya bekerja sama dengan tim ahli, termasuk dr. Syarifah, untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang TBC,” tuturnya saat ditemui, Kamis (02/11/2023).
Adapun ia membeber beberapa gejala TBC yang perlu diwaspadai, seperti batuk yang berkepanjangan, kesulitan tidur, susah makan, dan penurunan berat badan, harus diidentifikasi dalam 7 hari pertama.
Puji Setyowati menekankan pentingnya masyarakat untuk melaporkan gejala tersebut ke puskesmas terdekat dan berkolaborasi dengan petugas mikroskopik untuk diagnosis TBC.
TBC telah menjadi masalah kesehatan yang signifikan di masyarakat menengah ke bawah. Puji Setyowati mencatat bahwa mereka yang mampu secara ekonomi lebih mungkin mencari perawatan dari dokter spesialis.
Sementara penderita TBC dari lapisan ekonomi bawah sering kali mengalami kesulitan ekonomi, terutama ketika penyakit ini menyerang usia produktif.
Oleh karena itu, upaya pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting dalam penanganan TBC. Puji Setyowati mencatat bahwa obat TBC disediakan gratis selama 6 bulan, dengan dukungan positif dari pemerintah.
Namun, untuk memastikan kesuksesan program, masyarakat miskin juga diberikan makanan tambahan selama bulan pertama pengobatan.
“TBC harus dikurangi karena memiliki dampak sosial dan ekonomi,” tutupnya.(adv/dprdkaltim)
Komentar