SAMARINDA, Habarnusantara.com – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kalimantan Timur (Kaltim) mulai mempersiapkan diri menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XXII tahun 2028 yang akan digelar di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Salah satu tantangan besar yang dihadapi adalah tidak dipertandingkannya 11 cabang olahraga (cabor) dalam ajang tersebut.
Ketua KONI Kaltim, Rusdiansyah Aras, mengungkapkan bahwa beberapa cabor seperti angkat berat, binaraga, futsal, dansa, dan catur dipastikan tidak akan masuk dalam daftar pertandingan resmi PON mendatang.
Hal ini tentu berdampak pada strategi yang harus disiapkan oleh setiap daerah, termasuk Kaltim.
“Ini jadi bahan evaluasi dan sudah kami diskusikan dengan wakil gubernur. Kita perlu langkah cepat dan tepat,” kata Rusdi pada Senin (14/4/2025).
Sebagai bentuk antisipasi, KONI Kaltim telah menyusun konsep penguatan atlet berdasarkan hasil evaluasi dari PON XXI/2024 di Aceh dan Sumatera Utara.
Meskipun jumlah cabor berkurang, Kaltim tetap menargetkan mempertahankan posisinya di jajaran 10 besar nasional.
Salah satu langkah konkret adalah program pelatihan pelatih fisik bersertifikasi nasional.
Hingga kini, program tersebut telah melatih 65 pelatih fisik di Berau, dan akan terus diperluas ke seluruh cabor yang ada di Kaltim.
“Fisik atlet adalah kunci. Pengalaman di PON sebelumnya menunjukkan bahwa aspek ini harus ditingkatkan,” ujarnya.
Rusdi juga menegaskan bahwa meskipun ada penyesuaian anggaran di beberapa sektor, dana untuk pembinaan prestasi atlet tidak akan terganggu.
“Kami pastikan anggaran pembinaan tetap aman. Ini jadi prioritas,” tegasnya.
Selain itu, KONI Kaltim juga menetapkan aturan batas usia atlet maksimal 30 tahun pada ajang Porprov 2026 yang akan digelar di Kabupaten Paser.
Kebijakan ini bertujuan untuk mendukung proses regenerasi atlet yang lebih sehat dan berkelanjutan.
“Ini jadi acuan agar proses kaderisasi berjalan dengan baik. Kami minta semua pengurus cabor bisa menyikapi ini secara bijak,” tutup Rusdi.
Komentar