oleh

Pendidikan Vokasi Mencetak Buruh Industri di Negeri Sendiri

Habarnusantara.com – Pendidikan adalah salah satu fondasi penting dalam kehidupan manusia. Bukan hanya sekedar proses pemberian pengetahuan. Tetapi juga merupakan kunci untuk perkembangan individu, masyarakat, dan bahkan dunia secara keseluruhan. Di Indonesia, pendidikan dianggap sebagai hal yang sangat penting, dan banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara ini. Namun, pertanyaannya adalah, sudah efektifkah metode pendidikan di Indonesia saat ini?

Deputi Sosial Budaya Dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Alimuddin mengatakan metode pendidikan di Ibu Kota Nusantara (IKN) harus selaras dengan daerah atau kota sebagai mitra agar tidak terjadi ketimpangan SDM.

Ke depannya pihaknya lebih memperbanyak sekolah di bidang vokasi atau kejuruan agar bisa melahirkan SDM siap kerja. Pada pendidikan vokasi itu terkoneksi dengan kebutuhan-kebutuhan industri, menyesuaikan dengan kebutuhan pasar mengingat rencana pembangunan IKN hingga 2045.

Adapun yang menjadi tantangannya adalah peningkatan SDM yaitu sebagai tenaga pendidik. “Kita harus mendahulukan warga lokal untuk bersaing dengan melakukan akselerasi peningkatan mutu pendidikan di IKN termasuk guru,” jelasnya. (https://kaltim.antaranews.com/berita/212718/metode-pendidikan-di-ikn-harus-selaras-dengan-daerah-mitra).

Jika diamati dari target utama pendidikan vokasi yakni menyiapkan siswa masuk dunia kerja dan dunia industri, sekilas memang tampak akan bisa menjadi solusi untuk mengurangi angka pengangguran di dalam negeri. Namun benarkah demikian?

Pertama, berkaitan dengan mengurangi angka pengangguran, faktanya ternyata pengangguran yang disumbangkan oleh lulusan SMK menempati peringkat utama. Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan (Kabarenbang) Kemnaker Tri Retno Isnaningsih menyebutkan, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia sebesar 8,49%. TPT-nya paling tinggi adalah pada level SMK (8,49%). (Webinar YouTube Kementerian Ketenagakerjaan, detikfinance, 14 Juli 2020).

Kedua, kualitas lulusan Pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi akan mensupport Kebutuhan Dunia Industri dan Dunia Usaha (DIDU) dalam PSN IKN. Metode pendidikan ini akan menciptakan lulusan sekolah menengah siap kerja dengan alasan kebutuhan IKN. Padahal menghasilkan tenaga buruh upah murah, keuntungan bagi industri. Alhasil, standardisasi pun mengikuti sudut pandang pelaku usaha dan industri dalam sistem sekuler.

Hal ini menunjukkan negara tidak mempunyai visi pendidikan sendiri karena diarahkan untuk kepentingan pasar atau korporasi disahkan oleh demokrasi. Seharusnya kurikulum pendidikan kita disusun sedemikan hingga bisa menciptakan generasi yang berkepribadian mulia dan ahli/pakar di berbagai bidang kehidupan. Di mana output pendidikan yang demikian bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan terdepan, bukan sekadar generasi yang siap memenuhi kepentingan dunia usaha dan industri milik korporasi sebagaimana pesanan.

Islam sebagai ideologi yang mengatur seluruh sendi hidup, salah satunya memiliki sistem pendidikan yang sangat sempurna. Pendidikan disusun mengikuti asas Islam, bahwa pendidikan apa pun (termasuk vokasi) ditujukan bagi kemaslahatan manusia umumnya, bukan sekelompok orang atau korporasi.

Pendidikan dalam Islam adalah kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi oleh negara. Sistem pendidikannya gemilang melahirkan generasi emas bermanfaat untuk umat. Tidak ada ketimpangan pendidikan, semua umat mendapatkan hak sama.

Dalam sistem Pendidikan Islam, penanaman aqidah untuk membentuk manusia bertakwa, selain itu peserta didik tidak hanya diberi skill, namun juga dibekali karakter sebagai pemimpin yang tangguh. Memimpin negeri ini dengan mengelola sumber daya alam secara mandiri. Dengan visi Pendidikan seperti ini, maka terbentuklah karakter lulusan Pendidikan sebagai pelopor peradaban. Perkembangan teknologi akan disikapi sebagai sesuatu yang dibutuhkan masyarakat, bukan sekadar kemajuan yang bernilai materi. Oleh karenanya, kurikulum akan menyesuaikan terhadap kebutuhan manusia, bukan keinginan dan kehendak pihak korporasi.

Hanya dengan sistem Islam yang diterapkan secara menyeluruhlah, sistem pendidikan berlandaskan Islam bisa diterapkan maksimal. Bukan dengan sistem kapitalis yang saat sekarang sedang mencengkram negeri ini. Tujuannya hanya memihak para pemilik modal, bukan kemajuan generasi atau bangsa. Tak terkecuali sistem politik Islam yang tidak akan membiarkan generasi menjadi kacung di negeri sendiri. Wallahu a’lam bi ash shawab.(*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *