SAMARINDA – Upaya menekan angka pengangguran di Samarinda tidak hanya terkendala oleh jumlah lapangan kerja, tetapi juga oleh pola pikir generasi muda dalam memilih pekerjaan. Hal ini menjadi perhatian serius Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Samarinda.
Plt Kepala Disnaker Samarinda, Eko Suprayetno, mengungkapkan bahwa salah satu tantangan besar dalam penyerapan tenaga kerja adalah ketidaksesuaian antara kebutuhan perusahaan dengan ekspektasi para pencari kerja, khususnya dari kalangan milenial.
“Banyak perusahaan yang sudah memberikan informasi kebutuhan tenaga kerja, baik yang membutuhkan hard skill maupun soft skill. Tapi begitu kami fasilitasi wawancara, justru banyak yang mundur karena posisi yang ditawarkan tidak sesuai harapan,” ujar Eko.
Menurutnya, tren pencari kerja saat ini cenderung menginginkan pekerjaan dengan kenyamanan lebih, seperti ruangan ber-AC dan fasilitas komputer lengkap. Namun realita di lapangan, banyak posisi yang membutuhkan tenaga lapangan seperti sales, masih kurang diminati.
“Begitu tahu yang ditawarkan adalah posisi salesman, langsung banyak yang mundur. Padahal ini peluang nyata untuk bekerja dan berkembang,” tambahnya.
Padahal secara data, ketersediaan lapangan kerja sebenarnya cukup besar. Disnaker mencatat, sepanjang 2024 tersedia sekitar 3.000 lowongan kerja di Samarinda, sementara jumlah pencari kerja tercatat sebanyak 2.000 orang. Namun, hanya sekitar 10 persen dari jumlah tersebut yang benar-benar terserap.
Eko menyebut rendahnya angka penyerapan ini lebih disebabkan oleh ketidaksiapan mental dan sikap pilih-pilih dari sebagian pencari kerja. “Banyak yang ingin langsung duduk di kursi nyaman, padahal dunia kerja itu bertahap, tidak instan,” katanya.
Meskipun demikian, Eko menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menyerah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya untuk menekan angka pengangguran. Disnaker akan terus membangun kolaborasi dengan perusahaan dan memberikan ruang seluas-luasnya bagi para pencari kerja.
“Ini memang bagian dari dinamika. Tapi komitmen kami tetap, yaitu mempertemukan antara kebutuhan tenaga kerja dan kemampuan SDM lokal,” tutupnya.
Komentar