Samarinda – Kalimantan Timur (Kaltim) adalah wilayah yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan produk ekspor non-migas dan batu bara. Meskipun begitu, perlu diakui bahwa branding produknya masih belum optimal.
Sebenarnya kata Ketua Komisi II DPRD Kaltim Nidya Listiyono, ada banyak sekali produk andalan Kaltim yang bisa dikelola. Asalkan, benar-benar dikembangkan dan dijalankan dengan baik.
“Semua andalan sebenarnya kalau memang mau konsisten mengelolanya. Contohnya, sarung dan masih banyak lagi,” ungkapnya. Senin (30/10/2023)
Bahkan, ada produk unggulan di Bumi Etam yang pernah meraih kesuksesan dan berjaya, salah satu contohnya seperti rotan. Meskipun saat ini stok rotan semakin menipis seiring berjalannya waktu.
“Produk kita ini sempat berjaya, namun hari ini kan rotan sudah mulai habis,” jelasnya beberapa waktu lalu.
Pada dasarnya, potensi ekspor di Kaltim itu cukup besar dan mencakup berbagai sektor. Hanya saja, branding-branding dari produk ini belum dilakukan secara powerfull. Dalam arti, masih kurang atau minim.
Padahal, mengembangkan potensi ekspor ini perlu dilakukan dengan serius. Khususnya, memperkuat branding produk-produk yang akan dipasarkan. Sehingga, produk-produk di Kaltim ini dapat bersaing secara kuat di pasar internasional.
“Kan tujuannya begitu. Misalnya, produk manufaktur itu seperti pakaian. Lalu, produk kreatif seperti kerajinan itu kayak sarung,” katanya.
Selain itu, di produk makanan pun juga ada. Ia menjelaskan bahwa sebetulnya Kaltim punya peluang yang besar dengan memproduksi beras berkualitas tinggi. Sayangnya, sebagian besar beras yang dikonsumsi masih diimpor dari luar daerah.
“Kita punya beras yang enak dan harganya mahal, akan tetapi belum terbranding secara powerfull. Akhirnya, kita tidak pernah punya merk beras sendiri. Misalnya beras Kaltim, tidak punya kita. Kita masih menggunakan merk umum,” terangnya.
Karenanya, perlu upaya untuk membranding produk-produk ini secara kuat agar memiliki daya saing di pasar ekspor. Caranya, dengan menaikkan value, kualitas dan produksinya.
“Ini dinamakan strategic marketing. Ya begitu memang kalau profit kita mau dinaikkan. Kita harus naikkan value, produksi dan kualitasnya juga dinaikkan dong. Saya pikir semua tinggal masalah waktu saja,” ujarnya. (Adv/DPRD Kaltim).
Komentar