oleh

Pemberian Tablet untuk Penanganan Stunting, Solusikah?

Habarnusantara.com – Beberapa waktu lalu Pemkab paser menggelar kegiatan rembuk stunting di Hotel Kyriad Sadurengas, Selasa (26/3/2024), dalam rangka optimalisasi sinergitas lintas sektor guna menurunkan angka stunting di daerah.

Romif Erwinadi, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat pada Sekretariat Daerah Kabupaten Paser dalam sambutannya mengatakan rembuk stunting merupakan tindak lanjut dari arahan pemerintah pusat untuk menurunkan kasus stunting.

Menurut Romif, beberapa tahun terakhir Pemda hingga pusat tengah gencar memberikan perhatian terhadap stunting. Hingga tahun 2021 dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 72 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang holistic, integrative, dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi dan sinkronisasi. Beliau mengatakan tahun 2022 terdapat 20 desa yang menjadi lokus penanganan stunting, sedangkan pada tahun 2023 melonjak menjadi 47 desa yang menjadi lokus perhatian penanganan stunting.
https://www.gerbangkaltim.com/pemkab-paser-gelar-rembuk-turunkan-prevalensi-stunting/

Dalam kegiatan rembuk stunting tersebut, juga dijelaskan bahwa Pemkab Paser menargetkan 14 desa yang menjadi lokus penanganan stunting untuk tahun 2025. Mengacu pada hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), stunting di Paser mencapai 24,9 persen di tahun 2022. Sementara tahun 2023 pemerintah menggunakan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dan baru mendapatkan data tingkat Provinsi dimana prevalensi stunting Kaltim sebesar 22,9 persen.
https://kaltim.tribunnews.com/2024/03/26/pemkab-paser-target-14-desa-jadi-lokus-penanganan-stunting-tahun-2025

Secara umum kasus ini bukanlah kali pertama terjadi di Indonesia, ada banyak kasus stunting yang terjadi dan tidak kunjung berhenti di berbagai wilayah, termasuk di Kabupaten Paser Kalimantan. Stunting sendiri merupakan gangguan kesehatan anak yang di akibatkan kekurangan gizi baik saat anak masih dalam kandungan maupun setelah mereka dilahirkan. Dan stunting ini akan berdampak terhadap kualitas hidup anak karena dapat memengaruhi tumbuh kembang anak dan ketertinggalan dalam kecerdasan.

Dan kali ini upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan pemberian tablet penambah darah kepada anak-anak secara serentak dan rutin setiap pekan. Sementara kepala DPPKBP3A diminta untuk meningkatkan pelayanan KB dan edukasi bagi keluarga beresiko stunting serta mengupayakan audit stunting secara menyeluruh.
https://kaltim.tribunnews.com/2024/03/27/kasus-stunting-disdikbud-paser-harus-pastikan-siswa-konsumsi-tablet-serentak-dan-rutin-setiap-pekan

Hanya saja upaya ini tidak akan tampak berpengaruh jika akar masalah munculnya stunting tidak dituntaskan. Oleh karena itu, kita harus mencermati akar munculnya gizi buruk, infrastruktur Kesehatan yang kurang memadai, Pendidikan atau literasi rendah dan lainnya.

Beginilah sistem kehidupan kapitalisme yang menyelesaikan masalah hanya di permukaannya saja, dan bukan pada akar masalah. Akibatnya masalah akan kembali muncul bahkan bisa menambah masalah baru.

Jika dicermati seharusnya yang menjadi fokus adalah apa yang menjadi sebab utama stunting ini. Dan penyebab utamanya adalah malnutrisi dalam jangka panjang (kronis). Kekurangan asupan gizi ini bisa terjadi sejak bayi masih di dalam kandungan karena ibu tidak mencukupi kebutuhan nutrisi selama kehamilan. Faktor lain juga karena terjadi infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi.

Tidak dipungkiri bahwa anak yang terkena stunting mayoritas berasal dari keluarga yang kurang mampu. Meskipun ada juga dari kalangan berada tetapi jumlahnya sangat sedikit. Kemiskinan sangat erat kaitannya dengan pemenuhan gizi dan nutrisi seimbang bagi ibu dan bayi dengan harga yang terjangkau, akses layanan Kesehatan, serta sanitasi yang layak dan air bersih.

Di tambah peran negara yang abai dan tidak serius akan kebutuhan pangan rakyatnya. Seperti pemberian makanan tambahan yang mestinya mengandung sumber protein penting bagi pertumbuhan badan, hanya terwakili dengan pemberian biscuit dan susu dalam kegiatan posyandu.

Menyelesaikan stunting haruslah dilakukaan secara menyeluruh. Stunting tidak akan selesai secara tuntas hanya dengan menyelesaikan masalah-masalah cabangnya saja, seperti pemberian tambahan makanan, susu gratis atau yang lainnya. Stunting ada karena ada masalah utama yang mendasarinya sehingga harus ditangani dengan tepat dan benar.

Masalah stunting bukan hanya menjadi beban keluarga, melainkan tanggung jawab negara sebagai pelayan rakyat yang bertugas menjamin dan memenuhi kebutuhan rakyatnya secara optimal.
Dan solusi tuntas hanya ada dalam Islam, dengan mewujudkan paradigma kepemimpinan dan sistem yang mengikuti aturan Maha Pencipta, yaitu Islam kaffah. Dalam sistem pemerintahan Islam, negara menyediakan infrastruktur kesehatan yang memadai bagi seluruh rakyat. Tidak boleh ada pembatasan akses layanan kesehatan bagi siapa pun. Orang kaya maupun miskin berhak terjamin kesehatannya, terutama ibu hamil dan balita. Akses layanan kesehatan diberikan secara gratis baik dalam rangka pemeriksaan, rawat jalan, perawatan intensif, pemberian nutrisi tambahan maupun vaksinasi.

Negara juga menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat (primer) berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Setiap kepala keluarga mudah dalam mencari nafkah dengan kebijakan negara yang memberikan kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan. Para ayah akan mudah dalam mencukupi kebutuhan pokok keluarganya.

Tercukupinya kebutuhan keluarga, maka keluarga akan mendapatkan asupan gizi, dan nutrisi yang cukup, khususnya ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Mereka juga tidak akan kesulitan dalam mengakses makanan brgizi meskipun harganya mahal, seperti sayuran dan buah-buahan. Bahkan dalam Islam negara bisa menetapkan kebijakan harga yang murah yang bisa dijangkau oleh semua masyarakat.

Negara juga memberikan edukasi terkait gizi pada masyarakat, dan menjamin pemenuhan pendidikan untuk seluruh warga. Sehingga masyarakat mudah memiliki kepekaan literasi dan mampu mencerap edukasi yang diberikan. Selain itu dalam Islam, negara juga mengawasi dan mengontrol secara berkala pelayanan kesehatan, akses pekerjaan, stabilitas harga pangan, hingga sistem pendidikan serta penggunaan anggaran dapat berjalan sesuai amanah.

Ketika masalah kemiskinan terselesaikan dan dengan pembinaan yang terus-menerus dilakukan oleh negara mengenai hidup sehat, masyarakat mudah mengakses gizi seimbang, maka problem stunting akan terselesaikan. Berakhirnya stunting akan terwujud apabila umat islam Kembali pada aturannya. Sudah selayaknya kaum muslim mencampakkan sistem sekuler kapitalisme yang menjadi penyebab lahirnya berbagai masalah termasuk stunting dan menggantinya dengan sistem Islam. Wallahu a’lam.(*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *