JAKARTA– Pemerintah akan kembali menggelontorkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada warga miskin. Setiap keluarga penerima manfaat akan mendapatkan Rp200.000 per bulan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian), Airlangga Hartarto mengungkapkan, BLT ini disalurkan untuk meminimalisasi dampak El Nino. Menurutnya, kemarau panjang menyebabkan harga sejumlah komoditas pangan melambung tinggi alias mahal.
“Ada bantuan langsung tunai untuk El Nino sebesar Rp200.000 per bulan dan akan diberikan selama dua bulan kepada KPM,” jelas Airlangga, Rabu (25/10/2023).
Dia mengatakan, BLT yang akan diberikan selama dua bulan tersebut saat ini sudah digodok di internal Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Namun, ia belum bisa memastikan waktu pencairannya karena menjadi kewenanganan Kemenkeu.
Termasuk total anggaran hingga jumlah KPM penerima BLT. Dia hanya memastikan jika Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan segera mengumumkan penyaluran BLT setelah skema bantuan difinalisasikan.
“Penerimanya nanti kelompok masyarakat yang menerima KPM. Nanti Ibu Menkeu yang menjelaskan,” ucapnya.
Sebagaimana diketahui, kondisi El Nino telah muncul kembali di kawasan tropis Pasifik, yang merupakan kejadian pertama dalam tujuh tahun terakhir.
Hal ini mengakibatkan potensi lonjakan suhu global dan gangguan terhadap pola cuaca serta iklim.
Peristiwa El Nino juga telah menyebabkan kekeringan yang parah di berbagai wilayah, termasuk Indonesia, Australia, sebagian besar wilayah Asia Selatan, Amerika Tengah, dan sebagian utara Amerika Selatan.
Bahkan, akibat kekeringan parah, kebakaran lahan terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.
Dilansir dari Forum Geosaintis Muda Indonesia, fenomena El Nino memperpanjang musim kering di Indonesia, terutama di Kalimantan dan Sumatera, sering menyebabkan kebakaran hutan pada bulan Agustus hingga Oktober.
Variabilitas curah hujan yang dipengaruhi oleh El Nino memengaruhi peningkatan hotspot, yang merupakan salah satu faktor penyebab kebakaran hutan dan kabut asap yang meluas.
Contoh nyata adalah kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan pada tahun 2015, yang mencakup 2,61 juta hektar lahan terbakar. Musim kemarau yang diperpanjang oleh El Nino menyulitkan pemadaman titik-titik hotspot dan menghilangkan kabut asap.
Pada tahun 2019, El Nino yang lebih lemah masih berkontribusi pada kebakaran hutan yang parah, meskipun dengan skala yang lebih rendah dibandingkan dengan 2015. (*)
Komentar