Habarnusantara.com, Samarinda – Ramadan bulan mulia yang selalu dinantikan kehadirannya oleh umat Islam sedunia, termasuk di tanah air. Umat bersiap-siap menyambutnya dengan hati penuh gembira. Namun sayang, selalu saja kebahagiaan mereka terusik dengan melonjaknya harga-harga bahan pokok di pasaran.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, rupanya jelang Ramadan 1445 H beberapa harga kebutuhan bahan pokok kembali merangkak naik di pasaran wilayah Kaltim seperti Samarinda, Balikpapan, Kukar, Bontang, Kutim, dan beberapa daerah lainnya.
Terutama beras yang mengalami kenaikan cukup tinggi. Meski demikian pihak Bulog Kantor Cabang (Kancab) Samarinda, Kalimantan Timur menjamin masih mampu mencukupi kebutuhan untuk masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri nanti.
Oleh karenanya, untuk mengantisipasi lonjakan harga kebutuhan pokok di pasaran, pemerintah telah menempuh beberapa cara di antaranya operasi pasar.
Melansir dari laman berita bontangpost.id, 21/2/2024 harga kebutuhan pokok seperti beras dan telur di Pasar Taman Rawa Indah (Tamrin) mengalami kenaikan jelang Ramadan.
Seorang pedagang bernama Murni mengatakan, bahwa beras naik Rp1000 per kilogram. Pada Selasa, 20/2/2024, harga beras biasa berkisar Rp15.000 perkilogram dan beras premium menjadi Rp16.000 per kilogram.
Namun sehari kemudian pada Rabu, 21/2/2024 harga beras premium melonjak menjadi Rp17.000 per kilogram atau setara R420.000 per karung.
Pun begitu dengan telur ayam, semula harga telur ayam masih berkisar Rp55.000 hingga Rp.58.000 tetapi kemudian naik menjadi Rp58.000 sampai Rp62.000. Kenaikan harga bahan pokok tersebut tidak diketahui sampai kapan bisa stabil. Namun demikian harga bawang dan cabe rawit tidak mengalami kenaikan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan mendekati Ramadan akan naik juga.
(https://bontangpost.id/harga-beras-dan-telur-ayam-di-bontang-merangka-naik-jelang-ramadan/?fbclid=IwAR10_nO_l6aP_OpL2V7Jn9_L9SkDn4fL0vSPy8BIcHyvz7_aeH5hWohT_44)
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Disperindagkop UMKM) Kaltim Heni Purwaningsih mengatakan, kenaikan harga kebutuhan bahan pokok karena faktor cuaca ekstrem (El Nino) di wilayah penghasil padi di Sulawesi dan Jawa Timur. Sehingga mengakibatkan gabah kering di tingkat petani mengalami kenaikan tersebab gagal panen. Tak dimungkiri pasokan beras di Kaltim, sejauh ini selalu di datangkan dari Sulawesi dan Jawa Timur. Namun begitu, Heni menghimbau kepada masyarakat tidak perlu panic buying dengan kenaikan harga beras yang terjadi. Tidak perlu aksi borongan, karena stok beras masih cukup hingga lebaran.
(https://nomorsatukaltim.disway.id/read/40207/harga-beras-di-kaltim-naik-ternyata-ini-toh-penyebabnya)
Perubahan Iklim Bukan Masalah Utama
Kehidupan masyarakat yang sudah susah semakin bertambah susah dengan melonjaknya harga bahan pokok terutama beras. Perubahan iklim yang dipengaruhi El Nino acapkali dijadikan faktor penyebab utama gagal panen sehingga stok gabah terbatas, harga beras pun di pasaran menjadi naik. Jika kemudian menjadikan perubahan iklim El Nino sebagai alasan naiknya harga beras di pasaran adalah sikap yang tidak bijak. Pasalnya melonjaknya harga bahan pokok selalu berulang jelang Ramadan.
Beras dan telur merupakan makanan keseharian masyarakat kita. Ironisnya, kenaikan harga ini tanpa dibarengi adanya peningkatan pemasukan atau pendapatan masyarakat. Supaya tetap bisa makan terpaksa harus mengurangi porsi makan mereka. Demikian pula dengan pedagang warung makan harus mengurangi porsi nasi per setiap bungkusnya.
Mengamati permasalahan langka dan mahalnya beras di pasaran tidak lepas dari pengaturan ekonomi yang bertumpu pada paradigma sistem kapitalisme. Sebuah sistem yang berlandaskan pada asas sekuler yakni tidak melibatkan agama dalam mengatur aspek kehidupan, bermuamalah/ekonomi maupun sanksi. Di mana sistem ini meniscayakan kapitalisasi di semua sektor hulu dan dan hilir. Menyerahkan kebijakan publik kepada pengusaha swasta/korporasi sebagai pengatur dan pengelola adalah sebuah kesalahan besar. Sebab tolok ukurnya adalah benefit dan profit. Kapitalisme sangat berbeda jauh dengan sistem Islam yang memberikan jaminan pelayanan sepenuhnya kepada umat termasuk menyediakan bahan pokok berkualitas dan murah.
Cara Islam Mengatasi Beras Mahal
Dalam Islam, negara akan mengoptimalkan perannya dalam mengurus rakyat bukan hanya sebatas regulator. Serius dalam mencari solusi melonjaknya harga bahan pokok. Mengerahkan semua potensi aparatur pemerintah untuk menyelidiki apa yang jadi penyebabnya. Kemudian memastikan agar lonjakan harga tidak berulang jelang Ramadan maupun momen-momen penting lainnya.
Bila berkurangnya stok beras dan meroketnya harga barang di pasaran karena adanya penimbunan barang (ihtikar) yang dilakukan oleh para spekulan atau pedagang nakal, yang memanfaatkan situasi jelang Ramadan untuk menguasai pasar demi memperoleh keuntungan berlipat ganda. Kewajiban negara segera bertindak tegas kepada pelaku monopoli tersebut.
Negara akan mengirim hakim pasar atau qadhi hisbah yang bertugas mengawasi, mengontrol situasi pasar, menimbun bahan pokok, dan menangani apakah ada kecurangan-kecurangan yang memainkan harga. Bila menemukan kasus akan langsung diselesaikan di tempat tanpa melalui mekanisme rumit, tak perlu biaya mahal dan tanpa harus ke pengadilan. Tetapi keputusan langsung bisa diputuskan hakim pasar di lokasi kejadian perkara bagi pelaku penimbun bahan pokok, serta memberikan sanksi sesuai kadar kesalahannya
Hakim pasar memberikan arahan atau pembinaan agar menjadi pedagang yang amanah. Menyadarkan pelaku bahwa perbuatan menimbun itu sangat dimurkai oleh Allah Swt. dan haram hukumnya.
Sebagaimana peringatan di bawah ini, dari hadis riwayat Muslim, no. 1605 Rasulullah saw. menuturkan, “Tidak boleh menimbun barang, jika tidak, maka ia termasuk orang yang berdosa.”
Kemudian pada periwayatan yang lain, Rasulullah saw. bersabada,
مَن دَخَلَ في شَيءٍ من أسعارِ المُسلِمينَ لِيُغلِيَه عليهم، فإنَّ حَقًّا على اللهِ تَبارك وتَعالى أنْ يُقعِدَه بعُظْمٍ من النَّارِ يَومَ القيامَةِ.
“Siapa saja yang mempengaruhi harga bahan makanan kaum muslimin hingga menjadi mahal, merupakan hak Allah untuk menempatkannya ke dalam tempat yang besar di neraka nanti di hari kiamat.” (HR Ahmad)
Para aparatur negara/hakim pasar yang bekerja adalah orang yang bertakwa dan berilmu. Mereka akan bekerja dengan profesional, jujur, tegas, adil, dan amanah. Mereka menyadari amanah yang diembankan di pundaknya kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. Sehingga celah kecurangan-kecurangan seputar bahan pokok di pasar akan tertutup serapat-rapatnya.
Kedua, adanya faktor perubahan iklim. Kemudian keadaan alam tersebut menyebabkan bahan pokok menjadi langka dan sulit untuk didapatkan. Pemerintah harus segera mengambil langkah cepat untuk pengadaan stok bahan pokok. Karena kondisi darurat dan urgen maka negara boleh mendatangkan beras dari wilayah yang memiliki persediaan beras berlimpah atau impor dengan catatan tidak melakukan utang ribawi.
Peristiwa langkanya bahan pokok pernah terjadi di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Pada masa itu Madinah mengalami kelangkaan gandum, kemudian Umar menyuruh asistennya ya untuk menyelidiki, apa penyebab langkanya gandum di pasaran. Supaya masyarakat tidak mengalami kelaparan, yang mana gandum merupakan makanan pokok penduduk Madinah, oleh Khalifah Umar segera mendatangkan gandum dari Mesir. Kemudian gandum tersebut segera dibagikan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Sungguh hanya Islam yang menjaga kestabilan pangan dan mempunyai mekanisme yang sangat sempurna dan khas dalam menyelesaikan kelangkaan dan mahalnya beras di pasaran. Sehingga rakyat pun terhindar dari musibah kelaparan. Wallahu a’lam.(*)
Komentar