oleh

Jalani Peran Ganda Sebagai Karyawan, IRT dan Atlet, Yulia Sari Buktikan Prestasi Cemerlang di Dunia Olahraga

Habarnusantara.com, Samarinda – Tengah mempersiapkan diri menuju Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI yang akan berlangsung di Aceh dan Sumatera Utara (Sumut), Yulia Sari tetap profesionql bagi waktu saat pelaksanaan Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda).

Menjalani hari-hari sebagai ibu rumah tangga (IRT) karyawan, dan atlet, tak menghalangi mimpinya terus bertanding mengharumkan nama Kalimantan Timur (Kaltim).

Bermula dari iseng, Yulia tak menyangka bisa serius bergulat si Shorinji Kempo. Memiliki paman di cabang olahraga (cabor) yang sama, sebagai pelatih dan atlet, membuatnya berani untuk menekuni cabor ini.

“Pertandingan pertama, saya pasangan campuran antar Dojo di Bontang. Alhamdulillah meraih medali emas, saya lihat senior-senior ikut pertandingan, dan berprestasi, sampai ada yang ke luar negeri, dari situ saya bercita-cita jadi juara dunia,” ungkap Yulia.

Bermain sejak PON di Kaltim pada 2008 silam, Yulia tak pernah kehilangan motivasi untuk apa dan siapa dirinya berjuang di medan tanding yang dibarengi latihan dan doa serta restu orang tua.

Beberapa tahun lalu, menikah dan akhirnya memiliki buah hati, Yulia mengaku keyakinannya sempat goyab untuk terus meraih mimpinya di kempo. Terlebih, sang suami juga mendukung untuk vakum dari dunia olahraga kala dirinya bimbang.

“Apalagi suami mendukung untuk stop dulu dari program-program yang melelahkan. Tieak tega lihat saya kalau persiapan, kaki dan tangan lebam biru-biru, saya disuruh istirahat saha di rumah sama anak,” imbuhnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, dia bisa meyakinkan sang suami, bahwa dirinya memang besar di Shorinji Kempo, bahkan jauh sebelum menikah.

Maka memutuskan untuk berhenti dan lepas dari cabor unggulan itu adalah keputusan yang sulit. Dia mengaku memang, keputusan untuk terus melanjutkan perjuangannya sebagai atlet terbilang egois.

“Sedikit egois karena waktu untuk anak dan keluarga di korbankan, tapi alhamdulillah suami tetap mendukung keinginan saya, dan menjadi keputusan bersama, tetap menjadi atlet tapi bisa bagi waktu untuk keluarga khususnya anak,” bebernya.

“Alhamdulillah selalu ada cara dan jalan untuk program latihan bisa saya jalankan, waktu untuk keluarga juga bisa saya luangkan. Walaupun kadang tipus timbul dan tenggelam di badan rasanya,” imbuhnya.

Selain itu, dia juga bersyukur mendapatkan orang tua dan mertua yang bisa mengerti dan yakin bahwa Yulia bisa melakukan peran ganda ini. Bahkan tak ada sedimitpun hambatan dan protes dari mereka.

“Mereka selalu mendukung untuk saya terus berkarir dan berprestasi. Karena mertua saya kan anak-anaknya juga atlet gulat semua, jadi beliau mengerti,” ungkapnya.

Istri dari pegulat andalan Kaltim, Aliansyah alias Bagong ini juga tidak memaksa buah hatinya untuk menjajaki dunia olahraga seperti kedua orang tuanya.

Namun, terlihat dari kesehariannya, sang buah hati seperti menunjukkan minat pada gulat. Yulia percaya jika darah olahraga juga pasti mengalir di tubuh anak 5 tahun itu.

“Iya dari dalam kandungan memang ayahnya sering doktrin agar ikut gulat saja. Tapi tetap, kami untuk sekarang bebaskan saja minatnya ke mana, setelah ini kalau ada pilihan, kami pasti dukung,” tegasnya.

Untuk selanjutnya, perempuan kelahiran tahun 1990 itu juga meminta untuk generasi selanjutnya agar tidak takut bermimi dan mulai terlebih dahulu. Sebab, hasil tidak akan terlihat bila belum memulai.

“Ketika kita memulai, kemudian tidak maksimal atau kalah, bangkit dan coba lagi terus menerus. Langkaj selanjutnya, kita tidak berangkat dengan tangan kosong, tapi dengan pengalaman,” tutupnya.

Yulia berhasil mendapatkan perak di PON Kaltim (2008), perak PON Riau (2012), perak SEA Games Myanmar (2013), emas dan perak di World Taikai Japan (2013 dan 2023), emas di PON Jabar (2016), dua emas di PON Papua (2021).(*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *