Samarinda – Perburuan teroris di akhir tahun bukanlah hal baru di negeri ini. Kasus yang terus berulang. Apalagi jelang natal dan pesta tahun baru.
Sebagaimana berita yang lagi heboh terjadi di Jalan Lambung Mangkurat, RT 08, Kelurahan Pelita, Kecamatan Samarinda Ilir, pada Jumat, 1/12/2023 Densus 88 telah menyergap terduga teroris berinisial IAZ yang merupakan bagian dari Jemaah Islamiyah (JI).
Penangkapan yang dilakukan pihak Densus 88 Antiteror tentu saja mengundang perhatian warga sekitar. Namun terduga IAZ yang berprofesi sebagai teknisi Ponsel yang berlokasi di daerah tersebut tidak menampakkan gelagat sebagai seorang yang tidak baik terlebih teroris, ujar warga sekitar.
Dalam penangkapan itu Jubir Densus 88 Aswin membeberkan temuan diduga masuk jaringan pelaku bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, 13/9/2019. Pelaku juga aktif menyebarkan propaganda terorisme dan materi-materi radikal di media sosial serta pelatihan-pelatihan fisik yang dilakukannya. (kaltim.tribunnews.com 2/12/2023)
Sementara itu, OPM (Organisasi Papua Merdeka) di Papua hingga hari ini terus melakukan pembantaian terhadap warga dan aparat. OPM terus melakukan teror, sayangnya, hingga sekarang tidak bisa diberantas. Dan hanya disebut sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Padahal perlakuan OPM terhadap warga dan aparat termasuk tindakan terorisme, tersebab meresahkan dan mengganggu keamanan masyarakat luas.
Di luar negeri, hal yang sama juga terjadi aksi perang. Narasi terorisme selalu disematkan kepada negeri muslim. Hingga kini pejuang Palestina diburu, warganya di bombardir oleh z!0ni5 laknatullah yang bersekutu dengan AS dan kroni-kroninya.
Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa narasi terorisme selalu dikaitkan dengan Islam sedangkan agama lain tidak disentuh.
Siapakah teroris yang sesungguhnya?
Barat Biang Teror sesungguhnya
Masih kuat dalam ingatan peristiwa pengeboman menara gedung WTC 9/11/2001 di AS. Bermula dari situ Barat menyusun strategi pekerjaan besar untuk menggaungkan perang secara legalitas terhadap terorisme di seluruh dunia dengan nama Global War On Terrorism ( GWOT) Anehnya dalam perang itu tertuju hanya kepada negeri-negeri muslim dan Islam yang berseberangan dengan kepentingan AS. Barat tidak sendiri, ia berkongsi dengan negara-negara pendukung untuk melancarkan aksinya.
Berbagai propaganda dilancarkan AS, serta terus membuat perpecahan di tubuh kaum muslimin. Kemudian muncullah istilah Islam moderat, liberal, pluralisme, fundamentalis, dan seterusnya.
Diketahui, untuk menjaga keberlangsungan kehidupannya agar tetap eksis di dunia, maka imperialisme adalah modal untuk bertahan hidup. Tak pelak negeri-negeri muslim jadi sasaran jajahannya. SDA dijarah secara brutal, penguasanya malah jadi boneka legalitas asing/aseng.
Sudah menjadi karakter penjajah menyikut siapa saja yang akan menjadi saingannya melalui proyek GWOT. AS sebagai negara adidaya hari ini dengan pongah berlagak jadi polisi bagi seluruh negeri-negeri muslim. Semua di bawah pengawasannya serta harus tunduk dan ikut aturannya.
Barat terus membuat narasi-narasi melawan Islam dengan menciptakan rasa takut (islamophobia) di tengah-tengah tubuh umat, mengkriminalisasi ajaran-ajaran Islam seperti jihad, Al-Qur’an, jenggot, celana cingkrang, jilbab, kerudung dan lain-lain. Barat tidak hanya memperkusi secara verbal tetapi juga fisik, terbukti hingga hari ini perlakuan mereka terhadap saudara kita yang ada di Palestina dan Rohingya.
Islam Agama Cinta Damai
Sejak Islam hadir di muka bumi dan dibawa Rasulullah selalu mengajarkan tentang kebaikan, dan cinta kasih kepada sesama saudara seiman dan manusia seluruhnya. Pun dalam perkara kehormatan dan penjagaan jiwa, Islam sangat memperhatikannya. Allah SWT berfirman di surah Al-Maidah ayat 32 yang artinya, “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.”
Allah mengancam keras pelaku pembunuhan tanpa hak terutama kepada seorang mukmin. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Dawud, Rasulullah saw. bersabda, “ Siapa saja yang membunuh seorang muslim, lalu dia bergembira dengan pembunuhan tersebut, maka Allah tidak akan menerima tobat dan tebusannya.” Sungguh betapa berharga dan dilindunginya nyawa dalam ajaran Islam.
Sangat kontradiktif jika isu terorisme dan radikal bila dikaitkan dengan Islam hari ini. Bagaimana mau hidup tenang jika selalu membuat kegaduhan di masyarakat dengan narasi-narasi yang ada, tapi begitulah cara kerja sistem kapitalisme untuk menekan kebangkitan umat Islam. Sejatinya jika aroma kebangkitan Islam mulai menguat dan meningkat tajam. Maka mereka akan sigap berusaha memadamkan cahaya Islam.
Islam Kaffah Solusi Hakiki
Isu-isu terorisme terus menggelinding di hadapan masyarakat. Framing negatif terhadap Islam dibuat sedemikian rupa, sehingga terjadi islamophobia dan umat menjauhi agamanya sendiri, maka patutlah waspadalah.
Sudah seharusnya umat peka, jangan mau diadu domba antar saudara seiman maupun umat lain, jangan mudah percaya jualan Barat soal narasi perang melawan terorisme, dan menyadari bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Umat butuh pelindung yang benar-benar menjaga. Sebagaimana negara Islam dulu tegak di Madinah di bawah kepemimpinan Rasulullah saw. sampai pemerintahan terakhir di Turki 1924. Tidak ada yang berani mengganggu kemuliaan Islam dan kehormatan umatnya.
Dengan demikian tidak ada perkara yang lebih penting dan mendesak selain mewujudkan negara yang berdasarkan Islam. Dimana syariat Islam dan kepemimpinannya sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menentramkan jiwa. Selain melindungi, umat Islam akan menjadi umat terbaik disegani oleh penjajah-penjajah karena kekuatan militernya dan keagungan wibawanya. Wallahu a’alam bhishawwab.
Oleh: Mimy Muthmainnah
(Penulis Ideologis)
Komentar